Kita
bisa mematung di sini hingga pagi. Saat venus dan merkurius muncul,
menandakan sebentar lagi sang raja siang terbit. Tak lama matahari
terbit, naik ke atas kepala kita, lalu tenggelam di barat. Venus dan
merkurius tak lama turut menyertainya. Kemudian bintang-bintang kembali
terlihat. Terus demikian.
Wajar
saja kalau orang masa lalu mengira kalau langit yang berputar, bukannya
bumi. Walau begitu sekarang kita sudah tahu kalau bumi lah yang
berputar. Tapi kenapa ia berputar?
Mari
kita membayangkan mundur ke masa lalu, 4.5 miliar tahun yang lalu.
Biarlah kita mematung disini dan jarum waktu mundur seolah kita bukan
bagian dari alam semesta. 4.5 miliar tahun lalu, yang ada adalah awan
raksasa yang berputar. Isinya debu, batu dan gas. Unsur kimia penyusunnya
hampir semuanya adalah hidrogen dan helium hasil produksi Big Bang. Ada
sedikit unsur berat dan asalnya dari supernova, ledakan bintang
generasi sebelumnya. Awan gas ini tidak seragam, istilahnya tidak
homogen.
Lalu
terjadilah supernova yang dekat. Cukup dekat sehingga mengganggu
keseimbangan awan gas ini. Akibatnya proses melahirkan terjadi. Bagian
tengah awan gas memadat, menarik bagian pinggir yang seragam. Yang tidak
seragam, seperti sedikit lebih benjol, menjadi pusat gravitasi baru
yang menarik benda lemah di dekatnya. Inilah bayi-bayi planet, termasuk
Bumi. Sementara itu, bagian tengahnya menjadi matahari kita. Asimetri
pada peristiwa saling tarik antara berbagai tonjolan ini membentuk torsi
yang membangun momentum sudut dari
bayi-bayi planet kita. Dan mulailah Bumi dan planet-planet berputar
baik pada porosnya (rotasi) maupun pada poros matahari (revolusi). Ini
mengapa sebagian besar planet berotasi dalam arah yang sama dengan
revolusinya.
Lama
setelah bumi stabil dalam porosnya, sebuah asteroid raksasa menghantam
bumi. asteroid ini cukup besar sehingga mampu mencabik sebagian bumi dan
menari secara gravitasi. Setelah cukup lama, pecahan hasil tumbukan
asteroid ini mencapai posisi stabil dan jadilah ia bulan. Tumbukan besar
ini jugalah yang tampaknya membuat sumbu rotasi bumi miring sebesar 23
derajat. Tumbukan lain yang lebih besar tampaknya menghantam Venus dan
membuat sumbunya terbalik (180 derajat).
Singkatnya,
bumi berotasi karena hukum kekekalan momentum sudut. Pada awalnya
rotasi kita lambat karena masih merupakan bagian dari sebuah awan gas
besar. Lalu seiring pengumpulan bahan oleh gravitasi, materi bergerombol
semakin dekat di beberapa titik awan, salah satunya bayi Bumi. Bumi
menjadi semakin kecil dan padat, dan rotasi meningkat, sama halnya
seperti seorang penari es yang berputar. Saat ia menarik kaki dan
tangannya lebih dekat ke tubuhnya, putarannya semakin cepat.
Rotasi
ini terus berlangsung hingga sekarang dan miliaran tahun yang akan
datang. Kita memang tidak memadat lagi. Kita sudah stabil, begitu juga
planet lain di tata surya. Tapi ruang angkasa tidak memiliki udara.
Tidak ada gesekan, dan karenanya tidak ada yang bisa menghentikan rotasi
bumi. Kadang gempa bumi raksasa atau tumbukan asteroid raksasa dapat
mengubah kecepatannya, tapi tidak menghentikannya.
Referensi
1. Physics Forum. 2008. Why Earth Rotates Around?
2. DR. Marc. 2003. Why is Earth rotating? Did it always have the same rotation period? Will it always have the same rotation period?
3. Wikipedia. 2010. Giant impact hypothesis
4. Jagadheep D. Pandian. 2002. Why do planets rotate?
Penulis The X
Sains adalah sebuah pengetahuan universal, ilmu pengetahuan tidaklah sama dengan pengetahuan dongeng. Kadang, fakta lebih menyakitkan daripada doktrin / pandangan turun temurun.
Sains adalah sebuah pengetahuan universal, ilmu pengetahuan tidaklah sama dengan pengetahuan dongeng. Kadang, fakta lebih menyakitkan daripada doktrin / pandangan turun temurun.
source:faktailmiah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar